Rabu, 17 Oktober 2012

Karya Kecil Masih Terpajang Di Rumah Ketcil


Melihat karya-karya yang sudah usang mengingatkanku pada masa lalu dimana aku mulai serius menggeluti seni lukis. Museum Kecil ini aq memajang, menyimpan dokumentasi yang sangat berarti. Kadang kita lupa akan menghargai karya sendiri, maka dengan museum kecil ini bisa lebih belajar untuk menghargai kesederhanaan sebuah karya seni.

    Doc: Pageh // Aktivitas Petani di Bali, I Putu Pageh, 60 x 42 cm, Cat air di kertas, 1997.

Karya ini mengingatkan pada seorang guru seni dari Dinas Pendidikan dan Kesenian Kabupaten Badung, yang sangat keras dan disiplin tinggi. Terimakasih guru...bimbinganmu membuatku menjadi aku yang sekarang ini. Sudah sekian belas tahun tidak berjumpa, semoga suatu saat berjumpa lagi.


 Doc:pageh// Kembang Sepatu, Putu Pageh, 80 x 70 cm, Cat minyak di kanvas, 1998.

Lukisan pertama ini mengingatkan pada seorang guru yang berasal dari Surabaya yang lama menetap di Ubud. Beliau mengajarkan tentang keberanian adalah modal utama, karena bakat saja belum cukup. Akhirnya saya memutuskan untuk memecahkan celengan dan memberanikan diri membeli peralatan melukis yang pada waktu itu tergolong cukup mahal. Tetapi benar apa yang menjadi dorongannya, sesuatu yang kita keluarkan akan datang kembali pada saatnya tiba nanti.

Doc: pageh// Upacara di Pura, Putu Pageh, 70 x 50 cm, Cat minyak di kanvas, 1999.


Karena keberadaan guru lukis dari Surabaya tidak lama, maka aku melukis dengan kemampuan dan imajinasi dan bahkan teknik sendiri. Entah ini dimana yang sedang di lukiskan, ketika ditanyakan oleh yang melihat, hanya bisa bilang itu di alam imajinasiku. Alam dan ruang yang selalu membuat aq asyik. Kebiasaanku membuat mainan dari barang bekas pun lenyap berlahan menjadi hobi yang lebih bergengsi.

Doc: pageh// Pura Desa, Putu Pageh, 60 x 60 cm, Cat minyak di kanvas, 1999.


Lukisan ini pertama kalinya dibuat dengan melihat objek langsung. Aku melukis di Pura Desa sebelah rumah. Dalam lukisan ini hampit tidak ada persepektif, karena di lukis persis dari depan objek. Konon Pura ini dibuat oleh mendiang kakek buyut, nenek menceritakan bagaimana perjuangan leluhur dulu mewujudkan bagunan yang penuh dengan Taksu. Cerita itu salah satu yang menginspirasi dalam melukis.

Menjadi pelukis bukanlah cita-cita dari kecil, ini mengalir begitu saja. Menggerakkan pikiran dan tangan mewujudkan visual tanpa esensi apapun, hanya kebebasan dan kejujuran.